Cerita ini hanyalah fiktif belaka, Jika ada kesamaan nama tokoh, watak dan temapat semuah itu hanyalh kebetulan saja.
"Bukan Sekedar Teman"
(Part 2)
"Ckckc, kamu ada-ad aja yah rio. udah ah, gue mau latihan ni sama ank-anak basket" dia melenggong pergi tampa mempedulikan aku. Hufft, sadar rio dia itu masih str8 loh. kamu mau apa kayak si dimas dalam cerpennya mas noel yang "Cowok Rasa Apel" di permalukan. OMG, god please tolong aku. Bebaskan aku dari keadaan yang menyiksa ini.
Aku melangkakan kakiku kembali masuk kelas di iringi deengan bunyi bel. Waktu seakan berjalan lebih lambat, dari tadi aku belum melihat wajah dwi untuk masuk kedalam kelas padahal ini sudah setengah wkatu dari jam pelajaran. apa dia benar-benar latihan? atau lagi ada masalah gitu? hatiku berkecamuk tidak karuan. aku mulai gelisa.
"rio, please deh, loh bisa duduk baik ngak sih. gue ngak lihat ni kedepan." wilda memukul kepalaku dengan pulpennya.
"aduh, sakit tahu wil, salah kamu sendiri kenpa duduk di belakang aku" kata ku jengkel. siapa si yang ngak marah gitu kalau keala kita di pukul pake pulpen.
"ck, rasain ni" dia kembali menusuk belakangku dengan pulpen, sontak aku berdiri sambil berteriak.
"aaww" aku meringis, semuah mata tertuju pada aku, malu banget tahu guys. seandaninya di sini ada tong sampa gedenya pak amos, udah dari tadi aku loncat kedalam.
"kenapa berteriak begitu?" tanya bu yuli guru bahasa indo kami.
"anu buk, anu.." aku menoleh ke belakang, wilda tertawa pelan. kalau aku jadi singa udah aku makan bulat-bulat ni anak tadi.
"anu apa rio?, kamu ke tiduran yah?" aku tak menjawab dan hanya menunduk lesu "ya sudah kamu ke toilat cuci muka kami itu biar semangat lagi belajarnya" perinta buk yuli sambil geleng-ge;ang kepala. teman teman sekelas aku hanya tertawa-tawa sambil melihatku. aku keluar dai dalam kelas lalu urun ke bawah. oh yah kelas aku di lantai dua gedung A.
"ini tolet kapan di buat dua yah, bisa berabe ni aku kalau lagi kebelet. ana cuma satu lagi." aku menunggu di depan pintu. sudah beberapa menit aku di depan kok ini orang di dalam ngak keluar-keluar juga yah.
"woi, cepetan ni, loh boker apa kencing si?" aku mengedor-gedor pintu dengan nada yang luamyan keras. tapi sama skali ngak ada respon, aku mulai kesal. lalu dengan cepat aku membuka pintu yang ternya tidak sama sekali di kunci. padahal setahu aku tadi di kunci waktu aku datang.
"kok bisa yah?" aku berbicara sendiri. tampa pikir panjang aku masuk kedalam lalu menutup pintu. saat aku berbalik betapa terkejutnya aku.
"hiiiahhh,,, aa,,," lidahku seakan di lem tak mampu bicara sama sekali. ya tuhan. kenapa, kenapa mesti aku yang melihatnya. Perlahan aku mengatur dengan baik pernapasan aku. hfft.
"dwi, kamu ngak apa-apa kan?" tanyaku yang setenga gemetar sambil menggoyang- goyangkan tubuhnya. au mulai jadi takut.
"dwi bangun dwi," kataku dengan kasar sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya. perlahan kuliat matanya mulai bergerak pelan, sangat pelan lalu sedit demi sedit dia mulai menyesuaikan keadan.
"kamu kenapa dwi?" tanyaku yang tak sabar.
"hmm,, ck, aku dimana yah?" aku heran, oko dia ngak tahu yah kalau dia habis pingsan di toilet.
"kamu kenapa kayak anak sd tidur di toilet?" tanyaku sedikit bercanda.
"Tidur,?? dia kok ngak tahu si, hm ada yang aneh.
"maksud aku, tadi kmau pingsan wi, kamu ngapai di sini tadi" selidik ku.
"hm, anu. ngak apa kok, trus kamu ngapain juga di sini?" dia memandangku lalu, OMG, god kok dari tadi aku ngak sadar yah. resleting celannya ngak di tutup.
"anu,, aku,," aku jadi salting lagi, ngak tahu mau ngapain. aduh.
"kamu?" tanyanya sambil menatap ku lekat-lekat.
"tidk dwi, aku ngak kayak gitu" jawabku deengan cepat lalu berdiri. "aku ngak lakuin apa-apa sama kamu, aku ngak kaya yang kamu pikirkan" kataku sambil membelakanginya.
"eh, bukan gitu rio, maksud aku. kamu kenapa bisa masuk" aku kok di tanya-tanya mulu yah.
"kamu sendiri yang tidaak kunci pintunya. udah dari tadi aku di luar, BTW, kamu mau tetap di dalam atau tidak aku udah kebelet dari tadi